Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024
Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
Mikirduit – Ada dua saham BUMN di sektor tambang yang harganya sudah murah dan kemarin keduanya bagi dividen lumayan jumbo. Kira-kira, mana yang terbaik dengan berbagai perhitungan risiko yang ada?
Kedua saham ini adalah Saham ANTM dan PTBA. Sepanjang 2024, harga saham ANTM sudah turun sebesar 26 persen, sedangkan saham PTBA sudah turun 16 persen dalam 1 bulan terakhir. Apakah kedua saham itu sudah menarik? mana yang lebih punya prospek bagus?
ANTM memberikan kejutan dalam RUPS di pertengahan Mei 2024 kemarin dengan membagikan seluruh laba bersihnya di 2023 menjadi dividen. Dengan begitu, ANTM membagikan dividen Rp128 per saham. Tingkat dividend yield saat pengumuman dividen sebesar 7,9 persen.
Keputusan itu jelas kejutan karena rata-rata dividend payout rasio ANTM sebelumnya hanya sekitar 50 persen dari laba bersih.
Pertanyaannya, apakah ini akan berkelanjutan? jawabannya akan tergantung bagaimana hasil pendapatan ANTM dari aksi ekspansinya di bisnis nikel maupun bagian untung dari kepemilikan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Selain itu, ada banyak yang mengkhawatirkan kinerja keuangan ANTM yang turun cukup signifikan di kuartal I/2024. Apakah dividen jumbo 100 persen kemarin menjadi dividen terakhir ANTM?
Saham ANTM memang mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan sepanjang kuartal I/2024 sebesar 85,67 persen menjadi Rp238,37 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya.
Sesuai catatan kami sebelumnya, ada beberapa penyebab laba bersih ANTM jeblok:
Pertama, pendapatan turun 25,64 persen menjadi Rp8,62 triliun. Penurunan pendapatan dipicu dari segmen bijih nikel, feronikel, dan perak.
Kedua, saat pendapatan turun cukup signifikan, beban pokok pendapatan hanya turun 4,2 persen menjadi Rp8,37 triliun. Gross profit margin ANTM pun tergerus menjadi 2,9 persen dibandingkan dengan 24,58 persen pada periode sebelumnya.
Ketiga, beban operasional seperti beban umum dan administrasi juga turun tipis sebesar 8,76 persen. Dari segi biaya penjualan dan marketing turun signifikan sebesar 61,19 persen menjadi Rp85 miliar. Kondisi itu membuat ANTM mencatatkan kerugian usaha senilai Rp491 miliar dibandingkan dengan untung Rp1,91 triliun.
Keempat, untungnya ANTM punya beberapa pendapatan non-operasional seperti, bagian keuntungan entitas asosiasi senilai Rp194,37 miliar, penghasilan keuangan Rp131 miliar, dan penghasilan lain-lain senilai Rp303 miliar (mayoritas karena keuntungan selisih kurs). Sehingga laba sebelum pajak masih positif Rp85,79 miliar.
Pertanyaannya, kenapa bisa turun?
Jika dilihat penurunan kinerja ANTM dipicu oleh penurunan pendapatan di sektor bisnis nikel seperti bijih nikel yang mencatatkan penurunan pendapatan 82 persen menjadi Rp534 miliar, sedangkan feronikel mencatatkan penurunan 98 persen menjadi Rp18,36 miliar.
Hal itu dipicu karena Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) beberapa perusahaan mineral dan batu bara sempat belum disetujui Kementerian ESDM hingga Februari 2024. Alasannya, ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi seperti, kewajiban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang wajib diselesaikan, serta mencantumkan program pembinaan masyarakat.
Kedua poin itu memang menjadi salah satu aturan baru yang dirilis pada September 2023 silam.
Untuk itu, penjualan nikel ANTM sempat merosot signifikan diiringi dengan beban penjualan dan marketing yang turun 61 persen.
Manajemen ANTM mengungkapkan pihaknya telah mendapatkan perizinan RKAB pada Maret 2024 sehingga penjualan feronikel bakal mulai terealisasi di kuartal II/2024 nanti. Untuk itu, ada potensi kinerja ANTM di kuartal II/2024 berpotensi kembali normal, bahkan meningkat lebih tinggi karena ada akumulasi penjualan yang tertunda di kuartal I/2024.
Kinerja 2024 ANTM diprediksi masih bisa bertumbuh lebih tinggi setelah smelter feronikel di Halmahera Timur rampung di akhir tahun lalu. Kapasitas smelter itu sekitar 13.500 ton nikel per tahun.
Meski begitu, akibat penundaan persetujuan RKAB, volume penjualan bijih mineral ANTM diperkirakan sebesar 12 juta wet metrik ton sepanjang 2024. Perkiraan itu lebih rendah dari sebelumnya yang diperkirakan sekitar 14 juta wet metrik ton.
Salah satu risiko terbesar ANTM jika pengungkapan kasus korupsi terus terjadi. Teranyar, adanya penyalahgunaan merek ANTM secara tidak resmi. Sentimen non-fundamental seperti ini bisa mempengaruhi harga ANTM dan juga sulit diprediksi. Namun, secara prospek bisnis, saham ANTM ini masih cukup bagus.
Prospek Saham ANTM, Dividen Jumbo Tapi Kinerja Jeblok
Saham ANTM bikin kejutan dengan bagikan 100 persen laba bersih sebagai dividen sehingga yield-nya tembus 8 persen, tapi kinerja Q1/2024-nya jeblok. Jadi, apakah saham ANTM sudah menarik atau belum?
Berbeda dengan ANTM, PTBA membuat kejutan dengan membagikan dividen hanya 75 persen dari laba bersih. Padahal, dalam dua tahun terakhir sebelumnya selalu bagikan 100 persen laba bersih. Alhasil, PTBA membagikan dividen senilai Rp397 per saham dengan tingkat dividend yield saat pengumuman sekitar 13,6 persen.
PTBA mencatatkan kinerja yang tidak begitu baik pada kuartal I/2024. Laba bersih perseroan turun 31,99 persen menjadi Rp790,94 miliar.
Penurunan laba bersih PTBA disebabkan oleh kenaikan biaya kereta api sebesar 22 persen dan juga penurunan harga rata-rata sebesar 9 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Kondisi itu terlihat dari tren gross profit margin yang turun menjadi 15 persen dibandingkan dengan 20,66 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, net profit margin turun menjadi 8,4 persen dibandingkan dengan 11,67 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Jika biaya pengangkutan bisa ditekan dan harga rata-rata jual bisa naik, kinerja PTBA bisa saja mencatatkan angka yang lebih baik di tahun ini. Hal itu bisa terjadi jika ada kenaikan permintaan batu bara saat periode musim panas, meski peluang itu tidak terlalu besar mengingat posisi suku bunga juga masih tinggi dan ekonomi China belum pulih 100 persen. Sehingga permintaan batu bara untuk PLTU bisa jadi cukup diakomodir dengan Supply yang tersedia di China dan India.
Meski begitu, prospek PTBA masih oke karena perseroan berencana terus menggenjot produksi batu baranya hingga 60 juta tonpada 2026.
Harapannya jika harga batu bara bisa kembali naik saat suku bunga turun dan ekonomi China pulih dalam angka wajar, kondisi itu bisa memperbaiki kinerja PTBA.
Rahasia PTBA Cuma Bagi Dividen 75 Persen dari Laba Bersih
Begini gambaran ringkas kenapa saham PTBA cuma bagi dividen 75 persen dari laba bersih. Angka ini udah bagus dibandingkan perkiraan kami cuma 50 persen.
Ada beberapa indikator yang bisa dilihat untuk menentukan mana yang lebih baik, apakah ANTM atau PTBA.
Pertama, dari segi prospek kinerja 2024. ANTM diperkirakan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,34 persen menjadi Rp44,47 triliun. Namun, laba bersih ANTM diperkirakan turun 26,93 persen menjadi Rp2,24 triliun.
Sementara itu, PTBA diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,2 persen menjadi Rp38,95 triliun. Lalu, dari segi laba bersih turun 16,26 persen menjadi Rp5,11 triliun.
Kedua, dari segi prospek dividen. Dengan asumsi laba bersih tersebut, bagiamana prospek dividen keduanya dengan asumsi pembelian saat ini serta dividend payout ratio sama seperti tahun sebelumnya?
Jika ANTM membagikan dividen 100 persen dari laba bersih dari tahun buku 2024. Berarti, tingkat dividennya sekitar Rp93,58 per saham. Dengan menggunakan harga saham per 13 Juni 2024, berarti tingkat dividend yield sekitar 7,31 persen.
Lalu, PTBA diasumsikan kembali bagikan dividen sebesar 75 persen dari laba bersih, berarti tingkat dividennya sekitar Rp332 per saham. Jika menggunakan harga saham per 13 Juni 2024, berarti tingkat dividend yield sekitar 13,59 persen.
Ketiga, dari segi valuasi, kedua saham ini sudah cukup murah. Kami asumsikan harga wajar PTBA di Rp2.578 per saham dan ANTM di Rp1.441 per saham.
Lalu, mana pilihan saham yang terbaik dengan tiga indikator tersebut?
Jika kamu ingin mendapatkan dividen jumbo yang rutin dalam 3-5 tahun ke depan, saham PTBA menjadi pilihan terbaik.
Namun, jika kamu ingin mendapatkan potensi capital gain yang luayan dengan dividen yang tidak terlalu jumbo, bisa pilih ANTM. Apalagi, sentimen nikel masih bisa muncul secara agresif di 2025 jika ekonomi China pulih.
Saat ekonomi China pulih dan suku bunga turun, harga nikel dan batu bara akan sama-sama naik, tapi kami menilai peluang banyaknya proyek baru yang rampung dan gairah industri nikel bisa mendorong saham ANTM menjadi lebih baik dibandingkan dengan PTBA. Untuk itu, ANTM cocok untuk kamu yang kejar capital gain dan dapat dividen. Meski, saat harga nikel sudah dipuncak sekitar 25.000 - 30.000 dolar AS, sebaiknya di take proft.
Kalau kamu lebih pilih PTBA atau ANTM?